Sunday, May 3, 2015

TANTANGAN TERBESAR DALAM PENDIDIKAN ADALAH HATI

Pendidikan merupakan bidang dalam kehidupan yang tidak akan pernah punah sampai manusia di dunia ini semuanya musnah. Pendidikan menjadi tolak ukur bagi kemajuan suatu Negara, semakin bagus pendidikannya maka akan semakin bagus juga kemajuan Negara tersebut. Indonesia merupakan Negara dengan luas wilayah yang menduduki urutan ke 13 dunia dan jumlah penduduknya menempati urutan ke 4 di dunia, sudah majukah pendidikan di Negara Indonesia? Ternyata antara luas dan jumlah penduduk Indonesia tidak sejajar dengan tingkat kualitas pendidikan Indonesia di mata dunia, dimana ranking kualitas pendidikan kita ada diurutan ke 69 di Dunia. 

Apa yang kita capai dalam bidang pendidikan menjadi gambaran bagaimana pendidikan di Indonesia. Sebenarnya ada apa, dan kenapa hal ini bisa terjadi? Mari kita lihat dari beberapa pertanyaan berikut : 
1. Apakah kurikulumnya yang kurang bagus? 
2. Apakah mutu pendidiknya yang kurang bagus? 
3. Apakah perhatian pemerintah terhadap pendidikan yang kurang mendukung? 
4. Apakah kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap pendidikan kurang bagus? 

Dengan berbekal 4 buah pertanyaan di atas, kita dapat membahas dengan seksama;  

Pembahasan Pertama : 

Kurikulum pendidikan di Indonesia sejak lahirnya pahlawan pendidikan sampai saat ini sudah mengalami beberapa kali perubahan. Di setiap perubahan tentunya memiliki tujuan, sampai pada titik nadi yang dijadikan pokoknya adalah di bidang karakter. Sebenarnya karakter tidak perlu secara eksplisit disampaikan dalam kurikulum karena seharusnyalah pendidikan harus mengedepankan karakter. Karena tanpa karakter maka tidak akan muncul istilah pendidikan. 

Sebagai acuan berikut beberapa pendapat dari para ahli : 
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 

John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. 

K.H. Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak. 

Jadi kalau saat ini ada istilah pendidikan karakter dalam kurikulum, dan dituangkan adanya KI 1 dan KI 2 dalam kurikulum 2013 berarti selama ini pendidikan yang dijalankan oleh sekolah melalui kurikulum yang diterbitkan oleh pemerintah dianggap tidak berkarakter? Jika hal ini merupakan perwujudan nyata yang selama ini terjadi berarti telah terjadi pendidikan yang tidak mendidik. 

Kita dapat melihat sendiri dari pendapat para ahli selalu menyatakan bahwa dalam pendidikan itu harus ada karakter, mana buktinya : Ahmad D. Marimba, Drs. Menyampaikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik……. Menuju terbentuknya kepribadian yang utama berarti bahwa dalam hal ini pendidik/guru harus menyampaikan pendidikan secara sadar untuk membentuk kepribadian yang utama

Kemudian bagaimana pendapatnya John Dewey, dan K.H. Dewantara. 

Kesimpulannya adalah bahwa kurikulum yang ada di Indonesia dapat dikatakan sudah bagus, sampai-sampai untuk memberikan kesadaran kepada pendidik harus dicantumkan mengenai karakter. Mau tidak mau, suka tidak suka karakter harus menjadi perhatian utama dalam pendidikan. Berarti kalau kurikulumnya saja sudah jelas-jelas bagus, bahkan mencantumkan karakter secara riil berarti kurikulum pendidikan kita sangat perhatian terhadap karakter. 

Lalu bagaimana jika dilihat dari masalah konten kurikulum disisi materinya? Jumlah mata pelajaran per tingkat pendidikan, apakah sudah memenuhi tuntutan pengetahuan bagi siswa? Keterlibatan para ahli pendidikan dalam penyusunan kurikulum merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap mutu kurikulum pendidikan, artinya masyarakat Indonesia mempercayakan sepenuhnya kepada para ahli yang ditunjuk untuk menyusun materi kurikulum dengan seksama. 

Pembahasan kedua : 

Bagaimana dengan mutu pendidiknya? Pendidik/guru di Indonesia dari sisi jumlah untuk beberapa daerah memang masih kekurangan, namun untuk beberapa daerah lainnya sudah lebih dari cukup. Sedikit kita bahas untuk di daerah yang sudah mencukupi. 

Apakah dengan pendidik yang sudah mencukupi kualitas pendidikannya sudah bagus? Sayang di Negara kita tidak ada indikator yang jelas untuk mengukur ketercapaian kualitas untuk wilayah/daerah (baik di kecamatan, kota, kabupaten, bahkan Provinsi). Sehingga kita dapat memonitor secara bersama bahwa di daerah tertentu memang betul-betul sudah memenuhi kualitas pendidikannya atau belum. Terlepas dari hal itu kita melihat lebih jauh bahwa pendidik yang ada dengan kemampuan yang dimiliki sudah harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diampunya, dengan tujuan agar siswa menerima ilmu sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. 

Namun kenyataan yang ada adalah bahwa tidak sedikit siswa tidak dapat menerima pelajaran dengan baik bukan karena tidak ada gurunya, bukan karena ilmu gurunya yang kurang bagus. Justru kejadiannya adalah siswa tidak menerima ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru karena “ketidakmauan pendidik/guru” untuk mendidik siswanya dengan hati. Maksudnya apa? Ngajar yang sekedar menyampaikan materi, ngajar yang sekedar untuk gugur kewajiban, ngajar yang hanya untuk memenuhi tuntutan hidup? Yang sekolahnya negeri sudah sebagaian besar tuntutan dari sisi materi terpenuhi, bagaimana dengan yang sekolah swasta? Pertanyaan yang mendasar jika dilihat dari sisi kebutuhan dan tuntutan dalam hidup. 

Berapa banyak sekolah negeri jika dibandingkan dengan sekolah swasta? Kalau swasta (bahkan terjadi juga di sekolah negeri), banyak guru yang maunya ngajar di lebih dari sekolah, banyak guru yang menganggap bahwa mengajar di lebih dari satu sekolah akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar? Pendapatannya ternyata memang lebih besar jika dilihat dari sisi materi, memang besar jika dilihat dari sisi uang. Tapi apakah lebih besar jika dilihat dari sisi manfaat? Dilihat dari sisi hikmah? Dilihat dari sisi hak siswa yang harus didapatkannya? Coba lihat kembali pendapat pendidikan menurut ahli yang sudah penulis paparkan di atas. 

Jika kita ngajar pelajaran yang per minggunya hanya ketemu sekali selama 2 X 45 menit dengan siswa, apakah kita sudah memastikan bahwa mereka memahami pelajaran yang kita sampaikan? Kapan mereka dapat menerima waktu lebih dari kita untuk dibimbing, dibina, diarahkan, bahkan hanya untuk sekedar mengulang materi/remedial materi tertentu yang tertinggal? Bahkan saat kita mengajar di 2 X 45 menit di kelas saja bagaimana dengan tuntutan kualitas pembelajaran, metode belajar yang kita gunakan, materi yang kita sampaikan, tutur kata yang kita keluarkan, apakah semua itu sudah sesuai dengan minimal pelayanan sebagai seorang pendidik/guru? Belum kita berbicara mengenai pembelajaran tuntas, bukan tuntas dari sisi materinya saja tetapi tuntas dari sisi karakternya. Dengan kehadiran kita sebagai pendidik/guru siswa akan merasa nyaman, siswa akan merasa aman, siswa akan merasa terayomi, siswa akan merasa terbimbing, siswa akan merasa termotivasi. Begitu banyak tuntutan secara hikmah peran dari seorang pendidik/guru, pertanyaannya adalah jika itu semua tidak dijalankan dengan hati apakah itu semua dapat diwujudkan dengan total? 

Pembahasan ketiga :

Dilihat dari perhatian pemerintah terhadap pendidikan. Pemerintah saat ini telah menyusun anggaran sebesar 20% dari APBN untuk kebutuhan pendidikan, artinya bahwa dari sisi kepedulian dan perhatian sudah sangat luar biasa. Kita tidak berbicara secara detail mengenai anggaran, namun yang menjadi perhatian kita adalah telah terjadinya perubahan besaran prosentase anggaran untuk pendidikan sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan. Hal ini menjadi poin penting bahwa pemerintah secara sadar telah mengetahui bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam roda pemerintahan demi tercapainya kualitas dan kemajuan Negara. Hanya yang harus banyak dibenahi oleh pemerintah adalah bagaimana realisasi anggaran tersebut, sudah benarkah? Sudah tepat sasarankah? Kesimpulannya adalah secara global pemerintah sangat memperhatikan kemajuan pendidikan di Negara Indonesia ini. 

Pembahasan keempat : 

Masyarakat semakin memahami bahwa pendidikan memang sangat penting, hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya jumlah siswa dan terjadinya peningkatan disetiap tahunnya. Apalagi dengan semakin majunya dunia teknologi yang secara tidak sadar membangunkan masyarakat kita untuk melek ilmu pengetahuan. Hal ini juga dapat dilihat dengan adanya program pemerintah untuk mendorong masyarakat yang kurang mampu untuk bersekolah melalui program beasiswa bagi keluarga yang kurang mampu. Artinya bahwa masyarakat mendapatkan banyak kesempatan untuk bersekolah. Hal ini menggambarkan secara global bahwa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah semakin baik. 

Kesimpulan Akhir 

Dengan 4 pokok pembahasan di atas menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia sudah seharusnya berkualitas. Nah kenapa hal ini belum terwujud sampai sekarang? Kenapa ranking kualitas pendidikan kita ada diurutan yang begitu bawah di dunia? Siapapun pelakunya, baik dari pengelola pendidikan di pemerintah, maupun pendidik/guru di sekolah yang bertugas langsung terhadap jalannya pendidikan di lapangan harus membawa dan menggunakan hati untuk menjalankan tugasnya. Kata hati yang paling dalam akan menyampaikan hal terbaik, yang murni mengenai kebenaran, mengenai kejujuran. 

Saat kita sebagai pendidik menyampaikan materi kepada siswa apakah iya sudah dengan sepenuh hati?
Apakah iya sudah secara total? 
Apakah iya sudah dengan proses membimbing, membina, mengarahkan, memberikan motivasi? 
Sebagai pengelola pendidikan di tingkat pemerintah, apakah sudah menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati? 
Apakah saat melaksanakan penyelenggaraan pelatihan, proyek pengadaan sarana pendidikan sudah dengan hati? 
Apakah iya sudah membuktikan bahwa yang dijalankan benar-benar terwujud sesuai dengan peruntukannya? 
Apakah iya sudah tercapai secara penuh? 
Apakah iya sudah terwujud sesuai dengan amanah masyarakat?

Hati yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai perwujudan kasih sayang kepada kita semua merupakan hadiah terbesar untuk menentukan kemajuan pendidikan di Negara Indonesia tercinta ini. Jagalah hati, dan jadikanlah hati sebagai pengendali hidup kita. Majulah Pendidikan Indonesia dengan para pendidik yang ber-hati mulia, dengan pengelola pendidikan yang ber-hati suci. Amiiin. 

Muslih – Bogor 
Mei 2015

No comments:

Post a Comment